Selasa, 28 Maret 2017

Note

Ku bohong kalau ku tak rindu
Karena tiap hari kuterbayang
Ayah dan Ibu

Godaan mengintai

Untuk kembali ke kampung halaman
Mengiris tekadku di perantauan

Tapi aku..

Aku tak boleh lemah
Aku tau aku tak boleh kalah
Biarlah lautan rindu ini
Kubalas dengan kebanggaan
Yang akan aku bawa pulang

-Roman Picisan-

Minggu, 21 Desember 2014

Dia

      “Sampai kapan kamu mau menyimpan harapan kosongmu,?” Kuhembuskan nafas yang terasa sesak. “Sampai kapan kamu mau mempertahankan perasaanmu kepadaku?” Kupejamkan mata untuk mencoba menghentikan airmata yang mulai mengintip, “Bahkan sekarang aku sudah bahagia bersama orang lain. Tidak kah kau ingin melupakanku?” Tanpa bisa kuhalau lagi, airmata ini sudah meluncur menjajah pipi putihku.
Salahkan aku tentang keadaan ini, karena disini memang aku yang bersalah, bukan dia. Aku yang dengan gampang jatuh hati pada dirinya, lalu memaksanya untuk mencintaiku. Meskipun berulangkali dia menolak, namun aku tetap memaksanya menjadi milikku. Egois? Aku hanya berusaha untuk memiliki seseorang yang kucintai. Sederhananya, aku ingin mencicipi kebahagian orang yang saling mencintai.
“Ya akan kucoba. Terimakasih”
Dengan senyum tulus dia bangkit dari kursi cafe, meninggalkanku bersama selembar kertas bersampul perak. Mungkin hari ini akan menjadi pertemuan terakhir, sebelum dirinya benar-benar menjadi milik orang lain. Selamat tingal, My First Love.